Alena Zakira Riva - 71
Aku membuka mata. Sinar matahari pagi yang lembut membangunkanku. Aku merasa
malas untuk bangun, tiba-tiba teringat aku akan segera main salju. Aku terduduk
di kasur, segera pergi ke jendela dan melihat pemandangan di luar sana. Salju
putih dipenuhi beberapa pekerja dan turis terlihat sepanjang jalan. Aku
membangunkan kakak perempuanku yang masih tidur di kasur.
“Bangun Kak! Hari ini kita main salju!” Aku bersorak
riang.
Ia masih belum bangun juga, akhirnya aku memutuskan
untuk pergi ke kamar sebelah lewat pintu penghubung. Aku melihat orangtuaku
serta nenek kakek dan paman bibiku sedang mengobrol di kamar utama.
“Akhirnya Teteh bangun, Kakak masih tidur ya?” Tanya
bunda.
Aku mengangguk dan duduk di lantai yang ditutupi
karpet.
Kami sedang berada di Thredbo, Australia sekarang.
Thredbo adalah tempat wisata yang khusus bersalju. Kemarin kami berada di
Canberra, baru sampai sini kemarin sore. Pamanku kuliah di Canberra ditemani
oleh bibiku. Kami sedang liburan berkunjung. Sekarang sedang musim dingin, kami
memutuskan untuk bermain salju di tempat wisata Thredbo.
Kakakku datang dari kamar sebelah.
“Bun, Ammar bangun.” Ia memberitahu.
Bunda segera pergi menemani adikku.
“Teh Kak, siap-siap yuk. Kita ke bawah sarapan, terus
baru main salju.” Pamanku berkata.
Kami mengangguk dan segera ganti baju. Yang lain juga
mulai siap-siap. Aku melihat ke luar jendela lagi dan melihat bukit salju yang
sudah mulai penuh dengan turis. Kami segera turun ke bawah hotel. Hotel ini
tidak mewah, lebih mirip seperti motel. Tetapi tidak masalah, karena yang kami
incar disini tempat saljunya yang seru.
Kami sarapan sambil mengobrol. Makanan di Australia
enak, tetapi harus ku akui makanan disini kurang berasa dan berbumbu, tidak
seperti di Indonesia. Setelah selesai sarapan kami bersiap-siap keluar hotel.
Di hotel ada penghangat, jadi kami tidak harus pakai jaket. Tetapi saat keluar
kami memakai jaket tebal dan daleman yang hangat. Ayahku menyuruh untuk foto di
depan hotel sebelum pergi bermain di salju. Aku bisa mendengar sorakan
anak-anak yang sedang ber-ski dan main salju. Aku sudah sangat tidak sabar.
Akhirnya kami selesai berfoto, aku segera berlari dan melihat bukit salju. Bukit yang sekarang sudah sepenuhnya putih dan matahari pagi yang menyelimutinya, terlihat sangat indah. Dipenuhi dengan tawa dan suasana liburan yang membuatmu tersenyum seketika. Aku dan kakakku bersorak riang dan mulai bermain salju. Yang lain juga berfoto dan bermain di dekat tempat duduk. Setelah beberapa lama bermain salju dengan tangan, aku dan kakak memutuskan untuk naik ke bukit terendah yang dipenuhi orang sledding. Kami mengambil sled yang tersedia dan naik ke bukit. Aku menurunkan sled dan duduk. Kakakku membantu mendorong slednya dan aku mulai meluncur.
“Wooooo!!” Aku berteriak. Angin menerpa wajah merahku yang sakit kaku kedinginan. Tetapi aku tidak peduli, perasaan saat kau meluncur turun dari bukit sangat menyenangkan sehingga rasanya tidak mungkin kau bisa khawatir tentang apapun. Keluargaku di bawah sana yang melihatku melambaikan tangan. Aku melambai balik, lalu segera memegang sledku lagi karena hampir jatuh.
Aku dan kakakku mulai ketagihan sledding. Orangtuaku
serta paman dan bibiku mulai ikut meluncur juga. Setelah beberapa lama sledding
memakai sled yang berbeda-beda, kami memutuskan untuk mencoba skiing. Skiing
memerlukan beberapa perlengkapan kaki khusus, jadi kami masuk ke tempat khusus
sepatu dan peralatan salju lainnya. Setelah mendapatkan peralatan yang
dibutuhkan dan diajari cara ski, kami keluar ke bukit yang lebih tinggi dan
salju yang lebih tebal.
Awalnya ayahku dan pamanku mencoba skinya, lalu
kakakku. Perlu agak lama untukku mengerti cara meluncur dengan ski dan mengatur
pemegang tangannya, tetapi akhirnya aku mahir juga. Salju di bukit ini sangat
lembut dan mulus, tidak seperti bukit tadi yang keras karena khusus sledding.
Sambil menunggu gantian, aku bermain salju lembutnya dan duduk-duduk.
Kebetulan, tiba-tiba salju dari atas turun. Aku belum pernah melihat salju
turun sebelumnya, tetapi ini sangat menakjubkan. Aku memegang salju yang turun
di tanganku, warnanya sangat putih dan sangat lembut.
Setelah puas skiing, kami memutuskan makan siang di
restaurant dekat. Makanannya enak, tetapi aku tidak terlalu memerhatikan karena
masih tidak sabar untuk bermain salju lagi. Kami melanjutkan bermain salju
sampai sore.
Sore kami selesai bermain salju, aku memegang salju
bukit untuk terakhir kalinya. Setelah seharian bermain, kami pergi ke kamar
hotel dan mulai bersih-bersih lalu sholat dzuhur dan ashar.
“Eh Bunda, kita mandi gak?” Kakak bertanya.
“Ngapain mandi, gak keringetan kan?” Bunda menjawab.
“Di sini, kalau musim dingin biasanya mandi sekali dua
hari aja. Soalnya gak keringetan sama dingin.” Pamanku menjelaskan.
Aku mengangguk-ngangguk, aku baru tahu itu. Setelah
puas beristirahat di hotel sampai malam, kami memutuskan untuk makan pizza di
luar. Restaurantnya dekat sekali dengan hotel, tinggal jalan. Kami memakai
jaket dan bersiap-siap pergi ke luar.
Di luar sangat dingin. Aku lupa bahwa sudah malam. Aku
segera mengecek handphone dan melihat suhu yang ternyata -16 derajat celcius.
Aku terkesiap, ini rekor. Sedingin-dinginnya saat main salju tadi, suhunya
tidak pernah di bawah -10 derajat celcius. Kami cepat-cepat jalan ke restaurant
agar tidak kedinginan. Makanan pizza ini enak. Mungkin makanan terenak di sini.
Pizzanya tipis dan hangat berasa, cocok untuk badan yang kedinginan. Setelah
makan malam, kami cepat-cepat balik ke hotel lalu sholat. Setelah sholat kami
bisa istirahat, tetapi ibuku menyuruhku untuk tidur cepat karena besok kami
akan pergi ke Sydney.
Aku memejamkan mata, kakakku sudah tidur di kasur
sebelah. Hari ini sangat seru dan menyenangkan. Besok kami akan pergi ke Sydney
dan melanjutkan liburan, tetapi tidak di salju seperti ini. Hari ini pasti akan
menjadi salah satu pengalaman yang tidak akan pernah kulupakan seumur hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar