Senin, 11 Oktober 2021

PERJALANAN PALING BERKESAN DALAM HIDUPKU

Maharsa Mudzafar Kamil - 74

 

Papahku kerja diluar pulau Jawa. Biasanya baru kembali kerumah setiap dua bulan. Hampir dua bulan sekali kami melakukan perjalanan keluarga bersama-sama,tapi ada perjalanan yang buatku paling berkesan dibanding perjalanan yang lain yaitu pada waktu ke Kuala Lumpur malaysia bulan Februari tahun 2020.

Kenapa perjalanan ini buatku sangat berkesan? Karena waktu aku di play grup sekitar umur 4 tahun,mama dan kakak-kakaku pergi ke KL tetapi aku tidak diajak. Katanya aku belum cukup besar. Setelah kembali,kakak-kakaku selalu bercerita tentang KL yang membuatku sering berkhayal ingin kesana. Sebetulnya tahun 2018 aku diajak juga oleh mama dan papa ke Singapore,tapi kakak-kakaku juga ikut semua,jadi aku tidak merasa spesial.

Sebelum berangkat mama dan papah memintaku membuat rencana perjalanan. Aku mencari di internet semua informasi yang dibutuhkan seperti hotel, kendaraan dan lain-lain.

Aku sangat bersemangat sekalu karena mama mempercayakan semua padaku. Kakak-kakaku harus ikut dengan rencanaku.

 

Akhirnya hari keberangkatan datang juga. Aku bangung pagi lalu mandi, setelah mandi aku bersiap siap untuk pergi ke bandara. Kami terbang dari Soekarno Hatta ke KL via Singapore. Aku mencari pesawat yang transitnya lama di Singapore yaitu delapan jam. Jadi kami bisa eksplore bandara Changi. Kami mengunjungi jewel Changi melihat rain vortex air terjun indoor tertinggi di dunia,kami main ke butterfly garden, melihat  anggrek di orchid garden dan puas naik kereta antar terminal bolak balik.

Jam enam sore kami terbang ke KL. Dari KLIA kami naik KLIA express ke KL yang sudah aku pesan tiketnya dari bandung. Jadi disana kami tinggal scan barkod ticket. Sampai di stasiun KL kami naik grab ke hotel. Aku pilih hotel yang jaraknya dekat ke petronas tower. Namanya Le apple boutique hotel KLCC. Hotelnya kecil  tapi bagus sekali. Interiornya warna warni dan yang keren adalah pas buka gorden kami bisa lihat petronas tower terang dan megah.

Habis sholat subuh kami mandi dan bersiap-siap eksplore KL.  Oh iya,waktu subuh di KL sekitar jam 6 pagi. Kami sarapan nasi lemak di kedai samping hotel.

Hari pertama kami naik hop on hop off,bis dua tingkat yang bagian atasnya sebagian tidak tertutup. Saya dan kaka duduk di area terbuka. Cuacanya panas sekali. Pemberhentian kami yang pertama yaitu dataran merdeka,disana ada istana yang penjaganya diam duduk diatas kuda. Salut sama kudanya karena bisa tidak bergerak berjam-jam,setelah itu kami ke aquaria,mirip sea world di ancol,lalu kami ke KL tower,museum,masjid jamik,central market,culture center dll aku lupa urutannya tapi disetiap pemberhentian kami tinggal sebentar saja untuk foto-foto sambil nunggu bis selanjutnya. Kami pulang ke hotel sambil sebelumnya mampir sebentar ke petronas tower untuk makan.

Besoknya kami eksplore petronas tower. Kami berjalan kaki ke petronas hanya sekitar 5 menit. Kami naik ke tower yang tiketnya sudah aku pesan sebelum pergi dan menyebrang bridge twin towers di level 86. Disana kita dibagi perkelompok dengan turis lain. Kebeulan kami bareng dengan turis bule,jadi berasa sekali kami ini kecil wkk. Oh iya kita tidak boleh bawa makanan minuman dan tongsis jadi kami selfi selfi sendiri pakai tangan. Kami tidak bisa lama-lama karena setiap grup dibatasi waktunya. Setelah dari tower kami istirahat makan siang lanjut mengunjungi petrosains sampai sore. Kami sempat mampir ke toko buku kinokuniya menemani mama yang cari buku tapi tidak jadi beli karena harganya mahal. Kami mutar-mutar di daerah KLCC.  Sebelum pulang ke hotel kami coba naik rapidKL ke stasiun petaling lalu kembali lagi ke stasiun KLCC. Hanya penasaran ingin coba beli tiket di mesin tiket dan naik rapidKL. Kami nongkrong dipetronas sambil melihat air mancur menari yang hanya bisa dilihat pada malam minggu atau hari besar Malaysia. Aku takjub dan senang sekali melihat air mancur warna-warni diiringi musik menari-nari. Kalau tidak cape rasanya tidak mau pulang.

 Aku dan Keluargaku di KL

Besoknya,sebelum pulang ke Bandung pakai pesawat sore,kami pergi ke mydin beli oleh-oleh. Kalau menurut saya yang dijual disana hampir semua ada di Bandung. Tapi kami tetap beli coklat,teh tarik dll untuk guru dan teman-teman sekolah.

Siangnya kami naik grab ke stasiun KLIA ekspres. Ada yang sangat berkesan yaitu supir grabnya tidak bisa bicara dan mendengar. Jadi ketika pesan grab supirnya chat bahwa katanya dia tidak bisa dengar dan bicara. Di dalam grab ada poster-poster bahasa isyarat. Saya dan kaka iseng-iseng coba praktekan bahasa isyarat. Kami latihan bilang terima kasih,sampai jumpa dan maaf. Eh ternyata supirnya melihat kami dari spion lalu dia tertawa sambil meniru bahasa isyarat kami. Akhirnya kami jadi tertawa bersama-sama dan ngobrol sebisanya pakai bahasa isyarat. Pas turun mamah memberi tip untuk supirnya. Dia berusaha bilang sesuatu yang mirip suara indonesia sambil angkat jempol dan mengucapkan terima kasih.

Kami sampai bandara Husein Sastranegara dengan selamat. Buatku ini perjalanan yang paljng mengesankan karena aku diblehkan memilih tujuan wisata yang aku inginkan dan diberi tugas untuk memesan semua tiket online. Betul-betul pengalaman yang sangat berharga.

LONG TRIP JAWA BALI DAN PENGALAMAN PERTAMAKU SWAB

 


Anezka Salsabila Rahmandita 74

 

Awal tahun 2021 kami sekeluarga pergi mengunjungi sahabat Ayahku di Bali. Saat itu sekolah masih  dilakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), sehingga kami memutuskan untuk pergi sekeluarga ke Bali dan tetap menikmati sekolah dengan suasana yang berbeda.

Perkembangan virus corona di Indonesia masih belum terlihat ujungnya, untuk alasan keamanan dan kenyamanan kami sekeluarga memutuskan untuk berangkat dari Bandung ke Bali menggunakan transportasi pribadi. Dalam perjalanan menuju Bali, kami singgah di beberapa kota. Selain untuk beristirahat, kami pun menyempatkan untuk menikmati wisata dan kuliner khas daerah yang kami kunjungi. Pertama kami transit di kota Semarang. Di sana kami menikmati suasana malam di simpang lima yang merupakan pusat kota, serta menyantap soto semarang yang merupakan kuliner khas daerah ini.

Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan, dan singgah sebentar ke dusun semilir yang merupakan objek wisata yang viral karena perosotan warna warni yang menantang adrenalin. Perjalanan kami selanjutnya berakhir di Kota Solo. Di sana kami menghabiskan satu malam. Kami mengunjungi rumah atsiri yang terkenal sebagai produsen minyak wangi herbal. Di Rumah Atsiri kami diajarkan cara membuat sabun dan juga dikenalkan dengan tanaman herbal lainnya.

Kota selanjutnya yang kami singgahi adalah Banyuwangi. Di kota inilah kami beristirahat untuk siap-siap melakukan penyebrangan ke Bali. Keesokan harinya sampailah kami di Pelabuhan Ketapang, dan kejadian inilah yang akan aku ceritakan lebih lanjut.

Pemeriksaan Swab Pertamaku

Sampai di Pelabuhan kami diminta untuk masuk ke jalur khusus karena kendaraan kami memiliki nomor polisi plat D yang artinya dari luar kota. Kami diminta keterangan tujuan perjalanan serta menyiapkan dokumen hasil pemeriksaan swab antigen sebagai syarat penyebrangan. Saat itu baru saja diberlakukan aturan baru bahwa anak usia lebih dari 10 tahun harus menunjukkan hasil swab antigen.  Aku kaget saat bunda bilang bahwa aku juga harus di swab. Jujur saja ini pengalaman pertamaku. Aku sering mendengar bahwa pemeriksaan ini menakutkan dan aah pokoknya tidak terbayang rasanya. Ayah dan Bundaku terus memberiku semangat bahwa pemeriksaan hanya sebentar dan tidak terlalu sakit. Namun entah kenapa jantungku terus berdetak kencang, dan tanganku menjadi dingin. Karena ini adalah suatu peraturan, akhirnya akupun memutuskan untuk ikut test.

Aku memasuki klinik pemeriksaan dengan kaki dan tangan gemetar, menunggu giliran test seperti sedang menonton film horror, dan tiba-tiba, “Anezka”, namaku dipanggil. Inilah giliranku. Petugas pemeriksa memintaku untuk duduk lalu menurunkan masker sedikit ke bawah. Kemudian kepalaku ditengadahkan. Petugas membuka plastik yang berisi, seperti cotton bud. Petugas memberiku aba-aba dengan bilang siaap ya!

“Ya Allah,” Aku berdoa dalam hati sambil menenangkan diriku sendiri, dan petugaspun memasukkan alat tadi ke hidung kanan dan kiriku. Alhamdulillah akhirnya selesai juga dan semuanya berjalan lancar. Harus kuakui rasanya tidak sesakit dan semenyeramkan yang aku bayangkan. Rasanya hanya tidak nyaman, seperti apabila kita berenang kemasukan air, dan aku merasa ingin bersin-bersin setelahnya. Rasa tidak nyaman itu hanya sebentar saja, mungkin kurang dari satu jam.

Alhamdulillah hasil swab kami semuanya negatif, dan kami pun dapat melanjutkan perjalanan ke Bali. Mobil kami diarahkan untuk menaiki kapal Ferry yang besar. Di area parkir kami hanya keluar untuk melihat suasana pantai dan laut, sisanya Ayahku meminta kami untuk tetap di Mobil karena khawatir bertemu dengan banyak orang di area kursi penumpang kapal. Penyebrangan hanya 40 menit saja, dan kami pun sampai di Pulau Bali.

Di Bali kami menghabiskan waktu kurang lebih dua minggu. Bunda ku memesan villa privat yang sangat bagus. Luas dan tentunya lebih dari cukup, yang teridiri dari 2 kamar, dapur, mesin cuci, ruang tamu dan kolam renang pribadi. Di Bali Kami mengunjungi teman Ayahku dan juga sesekali keluar villa untuk mengunjungi pantai dan wisata lainnya.

Saat itu pemerintah menutup kunjungan internasional ke Indonesia, khususnya ke Bali. Pulau Dewata ini pun berubah menjadi kota mati yang tidak ada pengunjungnya. Namun dilain pihak kami lebih senang karena dapat menikmati pantai serta wisata lain yang kosong, bahkan seperti pantai pribadi karena hanya kami dan beberapa penduduk lokal saja yang main di sana.

Di Pusat kota area Kuta hampir semua toko tutup, hanya mall saja yang buka, dan itu pun sangat sepi pengunjung. Bali yang terkenal dengan kehidupan nonstop 24 jam berubah seketika. Penduduk lokal pun mengeluhkan kondisi ini, karena banyak penduduk yang hidup dari berjualan, jasa wisata, maupun kuliner yang harus gulung tikar karena tidak ada pembeli. Kondisi ini sangat menghawatirkan, semoga virus korona segera menghilang dan kondisi menjadi normal Kembali.

 

 

 

Berlibur ke Rumah Nenek

 

Alif Nur Fadilah

 

Setiap libur akhir pekan, Aku selalu pergi ke rumah nenek.aku biasanya berangkat hari sabtu atau jumat , Dan Aku Berangkat Kerumah nenek sekitaran abis dzuhur , Nenek tinggal di lokasi sarijadi . Oleh karena itu Aku sering berkunjung untuk menemani nenek.

Di sana terkadang Aku bertemu dengan sepupu-sepupu yang kebetulan berkunjung juga ke rumah nenek. Satu aktivitas yang disukai Aku saat berlibur ke rumah nenek adalah bermain bersama ikan koi peliharaan nenek. Nenek mempunyai peliharaan ikan koi yang besar-besar. Aku terbiasa berenang dan bermain bersama ikan koi. Tak lupa Aku juga memberi makan ikan tersebut. Aku sangat senang berlibur akhir pekan ke rumah nenek.

KE BOROBUDUR

 

Borobudur - koleksi www.inews.id

Giovanny Mahesa Putra - 82

 

Pada suatu hari, saya dan keluarga jalan-jalan ke Candi Borobudur. Perjalanan kami mulai dari Bandung pada pagi hari sekitar pukul 8:00. Bibi menyiapkan sarapan sayur sop untuk aku dan orang tuaku.

Pukul 10:00 saya mandi. Saya merasa segar setelah mandi dengan air hangat. Saya memakai baju untuk jalan-jalan, celana jeans, dan jaket antisipasi kalau nanti merasa dingin.

Kami menunggu sampai jam 12:30. Rencananya setelah Dzuhur kami berangkat ke Yogyakarta. Setelah siap akhirnya perjalanan dimulai.

Sekarang kami berada di jalan tol dari Bandung menuju Yogyakarta. Kami berangkat dari Bandung ke Yogyakarta dengan mobil pribadi.

Selama perjalanan saya cuma ingat bahwa kami pernah ke sebuah “Rest Area” di tol tapi aku lupa nomornya. Di sana kamu bisa shalat, makan siang, dan istirahat dulu di mobil.

Kamu pasti bertanya kenapa saya cuma ingat itu. Ini terjadi karena saya cuma tidur dan tidur di mobil selama perjalanan. Karena sudah lama, saya tidak ingat mimpiku. Yang saya ingat bahwa perjalananya perlu sembilan jam untuk sampai.

Setelah perjalanan panjang akhirnya kami sampai di Yogyakarta. Saya dibangunin ibuku. Waktu bangun suasananya gelap, waktunya sekira pukul 7:00 malam.

Mobilnya diparkir depan sebuah hotel kecil. Saya pakai sepatuku dan keluar dari mobil. Saya langsung ke tempat tidur untuk istirahat lagi, tidak tahu kalau tadi malam saya makan malam atau tidak.

Sekarang pagi hari di Yogyakarta, sekitar jam 7:00. Saya dibangunin oleh ibu dan pergi ke sebuah toko di jalanan untuk makan soto, hanya lupa soto apa. Setelah itu kami kembali ke hotel dan siap-siap untuk perjalanan ke Candi Borobudur, candi Buddha terbesar di dunia.

Saya masuk ke mobil dan saya ingat bahwa perjalananya perlu waktu sekitar 30 menit dari hotel ke Candi Borobudur. Sepanjang jalan saya melihat pepohonan, sawah, dan rumah-rumahan di jalanan. Sungguh indah terlihat.

Akhirnya kami pun sampai di Candi Borobudur. Borobudur namanya bisa berarti “gunung”. Saya tahu sekarang kenapa Candi Borobudur di namain “Gunung”, tempatnya besar sekali, seperti gunung. Saya, ayah dan ibu membeli tiket untuk masuk ke Candi Borobudur dan mulai mendakinya.

Seingat saya kami baru mendaki sekitar 3-4 tingkat, tapi saya sudah mulai lelah mendaki Candi Borobudur. Di setiap tingkat, kami berfoto-foto dengan beberapa patung Buddha. Tidak ingat kalau saya pernah masuk ke patung-patung dengan lubang besar.

Setelah beberapa waktu berfoto dan mendaki Candi Borobudur, akhirnya sampai di puncak Candi Borobudur. Di sini saya bisa lihat awan-awan dan sinar matahari dengan jelas. Hawa pun mulai dingin. Saya sebenarnya punya jaket, tapi ada di mobil. Jadi kami memutuskan untuk turun kembali ke lantai dasar Candi Borobudur. Setelah keluar dari Candi Borobudur, saya merasa senang. Akhirnya saya bisa menikmati keindahan Candi Borobudur di Jawa Tengah.

Kami pun masuk ke mobil dan kembali pulang ke hotel. Setelah istirahat rencananya kami akan mengunjungi objek wisata lainnya yang ada di Yogjakarta. Baru setelah itu kembali pulang ke Bandung. Sewaktu pulang saya lupa jam berapa, tapi seingat saya sampai ke Bandung pada malam hari.

Kalau saya dapat kesempatan lagi untuk pergi ke Candi Borobudur, saya pasti akan ikut. Saya mau ingin mencoba merasakan masuk ke dalam salah satu patung-patung yang ada lobangnya.

(Akhir Cerita)

THREDBO AUSTRALIA

 


Alena Zakira Riva - 71


Aku membuka mata. Sinar matahari pagi yang lembut membangunkanku. Aku merasa malas untuk bangun, tiba-tiba teringat aku akan segera main salju. Aku terduduk di kasur, segera pergi ke jendela dan melihat pemandangan di luar sana. Salju putih dipenuhi beberapa pekerja dan turis terlihat sepanjang jalan. Aku membangunkan kakak perempuanku yang masih tidur di kasur.

“Bangun Kak! Hari ini kita main salju!” Aku bersorak riang.

Ia masih belum bangun juga, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke kamar sebelah lewat pintu penghubung. Aku melihat orangtuaku serta nenek kakek dan paman bibiku sedang mengobrol di kamar utama.

“Akhirnya Teteh bangun, Kakak masih tidur ya?” Tanya bunda.

Aku mengangguk dan duduk di lantai yang ditutupi karpet.

Kami sedang berada di Thredbo, Australia sekarang. Thredbo adalah tempat wisata yang khusus bersalju. Kemarin kami berada di Canberra, baru sampai sini kemarin sore. Pamanku kuliah di Canberra ditemani oleh bibiku. Kami sedang liburan berkunjung. Sekarang sedang musim dingin, kami memutuskan untuk bermain salju di tempat wisata Thredbo.

Kakakku datang dari kamar sebelah.

“Bun, Ammar bangun.” Ia memberitahu.

Bunda segera pergi menemani adikku.

“Teh Kak, siap-siap yuk. Kita ke bawah sarapan, terus baru main salju.” Pamanku berkata.

Kami mengangguk dan segera ganti baju. Yang lain juga mulai siap-siap. Aku melihat ke luar jendela lagi dan melihat bukit salju yang sudah mulai penuh dengan turis. Kami segera turun ke bawah hotel. Hotel ini tidak mewah, lebih mirip seperti motel. Tetapi tidak masalah, karena yang kami incar disini tempat saljunya yang seru.

Kami sarapan sambil mengobrol. Makanan di Australia enak, tetapi harus ku akui makanan disini kurang berasa dan berbumbu, tidak seperti di Indonesia. Setelah selesai sarapan kami bersiap-siap keluar hotel. Di hotel ada penghangat, jadi kami tidak harus pakai jaket. Tetapi saat keluar kami memakai jaket tebal dan daleman yang hangat. Ayahku menyuruh untuk foto di depan hotel sebelum pergi bermain di salju. Aku bisa mendengar sorakan anak-anak yang sedang ber-ski dan main salju. Aku sudah sangat tidak sabar.

Akhirnya kami selesai berfoto, aku segera berlari dan melihat bukit salju. Bukit yang sekarang sudah sepenuhnya putih dan matahari pagi yang menyelimutinya, terlihat sangat indah. Dipenuhi dengan tawa dan suasana liburan yang membuatmu tersenyum seketika. Aku dan kakakku bersorak riang dan mulai bermain salju. Yang lain juga berfoto dan bermain di dekat tempat duduk. Setelah beberapa lama bermain salju dengan tangan, aku dan kakak memutuskan untuk naik ke bukit terendah yang dipenuhi orang sledding. Kami mengambil sled yang tersedia dan naik ke bukit. Aku menurunkan sled dan duduk. Kakakku membantu mendorong slednya dan aku mulai meluncur.

“Wooooo!!” Aku berteriak. Angin menerpa wajah merahku yang sakit kaku kedinginan. Tetapi aku tidak peduli, perasaan saat kau meluncur turun dari bukit sangat menyenangkan sehingga rasanya tidak mungkin kau bisa khawatir tentang apapun. Keluargaku di bawah sana yang melihatku melambaikan tangan. Aku melambai balik, lalu segera memegang sledku lagi karena hampir jatuh.

Aku dan kakakku mulai ketagihan sledding. Orangtuaku serta paman dan bibiku mulai ikut meluncur juga. Setelah beberapa lama sledding memakai sled yang berbeda-beda, kami memutuskan untuk mencoba skiing. Skiing memerlukan beberapa perlengkapan kaki khusus, jadi kami masuk ke tempat khusus sepatu dan peralatan salju lainnya. Setelah mendapatkan peralatan yang dibutuhkan dan diajari cara ski, kami keluar ke bukit yang lebih tinggi dan salju yang lebih tebal.

Awalnya ayahku dan pamanku mencoba skinya, lalu kakakku. Perlu agak lama untukku mengerti cara meluncur dengan ski dan mengatur pemegang tangannya, tetapi akhirnya aku mahir juga. Salju di bukit ini sangat lembut dan mulus, tidak seperti bukit tadi yang keras karena khusus sledding. Sambil menunggu gantian, aku bermain salju lembutnya dan duduk-duduk. Kebetulan, tiba-tiba salju dari atas turun. Aku belum pernah melihat salju turun sebelumnya, tetapi ini sangat menakjubkan. Aku memegang salju yang turun di tanganku, warnanya sangat putih dan sangat lembut.

Setelah puas skiing, kami memutuskan makan siang di restaurant dekat. Makanannya enak, tetapi aku tidak terlalu memerhatikan karena masih tidak sabar untuk bermain salju lagi. Kami melanjutkan bermain salju sampai sore.

Sore kami selesai bermain salju, aku memegang salju bukit untuk terakhir kalinya. Setelah seharian bermain, kami pergi ke kamar hotel dan mulai bersih-bersih lalu sholat dzuhur dan ashar.

“Eh Bunda, kita mandi gak?” Kakak bertanya.

“Ngapain mandi, gak keringetan kan?” Bunda menjawab.

“Di sini, kalau musim dingin biasanya mandi sekali dua hari aja. Soalnya gak keringetan sama dingin.” Pamanku menjelaskan.

Aku mengangguk-ngangguk, aku baru tahu itu. Setelah puas beristirahat di hotel sampai malam, kami memutuskan untuk makan pizza di luar. Restaurantnya dekat sekali dengan hotel, tinggal jalan. Kami memakai jaket dan bersiap-siap pergi ke luar.

Di luar sangat dingin. Aku lupa bahwa sudah malam. Aku segera mengecek handphone dan melihat suhu yang ternyata -16 derajat celcius. Aku terkesiap, ini rekor. Sedingin-dinginnya saat main salju tadi, suhunya tidak pernah di bawah -10 derajat celcius. Kami cepat-cepat jalan ke restaurant agar tidak kedinginan. Makanan pizza ini enak. Mungkin makanan terenak di sini. Pizzanya tipis dan hangat berasa, cocok untuk badan yang kedinginan. Setelah makan malam, kami cepat-cepat balik ke hotel lalu sholat. Setelah sholat kami bisa istirahat, tetapi ibuku menyuruhku untuk tidur cepat karena besok kami akan pergi ke Sydney.

Aku memejamkan mata, kakakku sudah tidur di kasur sebelah. Hari ini sangat seru dan menyenangkan. Besok kami akan pergi ke Sydney dan melanjutkan liburan, tetapi tidak di salju seperti ini. Hari ini pasti akan menjadi salah satu pengalaman yang tidak akan pernah kulupakan seumur hidup.

Jumat, 08 Oktober 2021

PERJALANAN KE NEGERI TETANGGA

 


Faiq Hibatullah Adhiwiseto-83

 

Kalau saya tak salah ingat, perjalanan ini berlatar belakang di tahun 2018 lalu. Kala itu saya tengah sibuk mempersiapkan untuk ujian akhir di kelas ini. Saya masih duduk di bangku kelas empat. Belajar di hari-hari menjelang ujian seperti biasa. Hingga suatu ketika, di malam hari ayah saya mengajak kami sekeluarga ke ruang makan. Tidak biasanya seperti ini, kalau begini pasti ada hal penting yang mau dibicarakan. “Mau diskusi,” katanya.

Kami duduk berempat, semuanya menghadap ke meja makan utama yang berwarna cokelat pekat, terbuat dari kayu jati. Peninggalan pemilik lama dari rumah ini. Tak ada makanan yang dihidangkan dibalik tudung saji. Kami disini hanya untuk berbicara. Semuanya duduk terdiam hingga ayah saya buka suara. Ayah saya langsung bicara ke topiknya. Tak lupa membaca pidato pembukaan agar hal ini lebih mencengangkan. Pokoknya, pada akhirnya ia memberitahu bahwa kami akan berangkat ke Malaysia.

Saya sangat terkejut mendengar pengumuman itu. Malaysia adalah salah satu negeri tetangga yang ingin saya kunjungi, lagi. Ya, sebenarnya dulu saat masih tinggal di Batam, Kepulauan Riau, kami pernah sesekali berangkat ke Malaysia. Menyenangkan sekali. Jadi aku masih ingat satu dua hal tentang suasana dan budaya disana. Tapi itu sudah lama sekali. Malaysia yang sekarang tentunya telah berubah. Dan aku tak sabar untuk melihatnya

Di kala ujian, aku seringkali teringatkan tentang perjalanan itu. Nanti ke Malaysia, Nanti naik pesawat. Kata-kata seperti itu selalu saja terngiang. Terutama pada hari Jumat. Sehari sebelum kita akan berangkat kesana. Koper-koper di rumah sudah diisi dan tertata di depan pintu, mereka sudah siap untuk berangkat. Kala itu ujian matematika, tapi untungnya saya berhasil melupakannya dan fokus pada lembar soal.

Perjalanan berlangsung selama tiga atau empat jam. Di Sabtu pagi kami berangkat naik mobil dari Bandung ke Jakarta untuk transit. Tak lama disana, tapi kami sempat mengunjungi saudara disana. Sempat main sebentar, lalu pergi ke bandara kira-kira pada pukul 10. Di pesawat aku tak sempat melihat keluar jendela, atau menyaksikan penerbangan. Sepanjang jalan saya tidur, agar tidak mengantuk saat tiba di Malaysia.

Sesampainya di Malaysia, kami tiba di Kota Johor. Dan kalau tak salah, dulu kami juga mendarat di Kota Johor di tahun 2015. Keluar dari bandara, waktu sudah menunjukkan sore. Jadi kami segera ke musholla untuk menunaikan sholat Jama’ Dzuhur dan Ashar. Setelah menunaikan sholat, kami lanjut berangkat mencari hotel sementara. Di sana kami hanya meletakkan koper dan bersiap-siap untuk perjalanan selanjutnya. Kami keluar hotel dan mencari makan, sekaligus membeli barang kebutuhan disini. Seperti kuota, misalnya. Kami makan di restoran pinggir jalan sana sambil menikmati pemandangan Kota Johor.

Kami jalan-jalan menyusuri Johor sampai waktu mau Maghrib. Pada akhirnya, kami pulang ke hotel dan sholat disana. Lalu menghabiskan waktu hingga malam disana. Sebab ada kejutan untuk besok. Katanya ayah saya sudah memesankan kamar di hotel bertema Prancis untuk besok. Tapi tempatnya bukan di Johor, besok kita akan pergi ke sana, naik taksi.

Setelah perjalanan selama kurang lebih dua jam, kami tiba di hotel ‘Prancis’ tersebut. Dan benar, jalan-jalan diluar hotel itu sudah terlihat seperti suasana kota sana. Jadi tak ada namanya lantai lobby, lantai makan dan gedung parkir, semua aspek hotel itu terdapat di bangunan-bangunan yang berpencar, seolah berada di tengah Kota di Prancis sungguhan. Di sana terdapat berbagai struktur bangunan yang khas. Mirip dengan foto-foto yang ku temukan di internet. Sederhana, namun terdapat sesuatu yang unik dari mereka.

Hotel itu tak begitu besar, minimalis terutama untuk bagian kamarnya. Bahkan kamarnya terkesan tidak enak untuk ditinggali lama-lama. Tentu saja. Orang-orang datang ke sini untuk menikmati suasana diluar. Jalan-jalan, berfoto ria. Di malam harinya, di jalanan hotel terdapat acara, pertunjukan. Namun saya sudah lupa apa yang ditunjukkan disana. Tapi ramai yang menyaksikan.

Keesokan harinya, pada pagi menjelang siang hari, kami langsung bersiap-siap menuju destinasi selanjutnya. Disni menyenangkan, hanya saja masih banyak yang bisa di telusuri di tempat lain. Katanya kami akan pergi ke sebuah wilayah bernama Genting. Genting ini bukanlah kota, melainkan sebuah wilayah di sebuah kota. Seperti Bandung dengan Lembang, Jakarta dengan Tangerang. Perjalanan ke sana cukup jauh dari sini. Lagi-lagi, saya tidur dan tidak sempat menyaksikan jalan diluar.

Wilayah Genting ini sejuk rupanya. Kabut dimana-mana, bahkan kaca mobil taksi kami diselimuti uapnya. Jalan kami terlihat kurang jelas. Tapi di balik kabut saya masih bisa melihat sebuah gedung tinggi nan menawan dengan berberapa sambungan kabel di puncaknya, merujuk ke suatu arah. Di Genting ini katanya terdapat suatu kunjungan wisata terkenal, yang letaknya tepat di atas bangunan mall. Kereta gantung. Mall itu memang terkenal lengkap isinya. Mungkin menjadi destinasi utama masyarakat Genting. Di dalamnya pun ramai. Bangunan itu menggunakan konsep dalam dan luar ruangan untuk bangunannya. Jadi seperti di PVJ, ada yang ruang tertutup, ada pula yang terbuka. Kunjungan disana juga menyenangkan. Kami menaiki kereta gantung tersebut dan sampai di sebuah bangunan mall juga. Tapi yang ini bentuknya melingkar, lantai yang di atas melingkari yang paling bawah, terus hingga lantai paling atas. Kalau di Bandung, kira-kira seperti Istana Plaza. Ya, cocok sekali. Hanya saja lebih besar dan megah, sebab tujuannya sebagai kunjungan wisata, tentu harus bisa memukau para pengunjung. Lebih memukau lagi dengan pertunjukan lampu yang disaksikan seluruh pengunjung. Keren sekali.

Kami banyak menyusuri tempat-tempat wisata lain di Malaysia. Selama perjalanan tujuh hari, ada banyak tempat yang ku ingat. Dari toko buku mirip Gramedia di Kuala Lumpur, perahu wisata di jalan kota Malaka. Intinya hampir setiap hari kami pindah kota. Benar-benar perjalanan yang paling intens bagi saya. Foto-foto kenangan dari perjalanan itu masih tersimpan di penyimpanan komputer saya. Saya jadi penasaran untuk membukanya lagi.

BERKUNJUNG KE RUMAH TIA

 

Shabrina Kencana Ayu-92

 

Sabtu pagi ini cuaca sangat cerah. Aku bangun dari tempat tidur dan lansgung melihat jam, Kila terkejut karena sekarang sudah pukul 8 pagi. Aku baru ingat bahwa aku sudah berjanji akan belajar bersama Tia di rumahnya. Ia bergegas Mandi dan bersiap-siap, Hari ini aku memakai baju kesukaanku. Sebelum aku pergi, aku tidak lupa untuk sarapan terlebih dahulu. Aku diantar ibuku menggunakan mobil. Jara rumahku dan rumah tia tidak terlalu jauh, kira kira hanya dua kilometer.

Jalanan hari ini tidak terlalu ramai, jadi aku bisa sampai ke rumah Tia lebih cepat. Ini pertama kalinya aku main ke rumah Tia. Rumahnya besar sekali, di depan rumahnya juga ada taman bermain yang cukup luas. Aku melihat Tia sedang bermain di ayunan saat aku memencet bel di pagar rumahnya. Saat mendengar bel rumahnya berbunyi, ia bergegas lari dan menghampiriku. Dia menyapaku dengan senyum yang lebar. Aku langsung diajak untuk masuk kerumahnya, sedangkan ibuku langsung pamit untuk pulang ke rumah dan akan menjemputku lagi nanti.

Saat aku masuk ke dalam rumahnya, hal pertama yang menarik perhatianku adalah tempat bermain kecil yang ada di dekat tangga. Tia mengajakku untuk belajar di sana, aku sangat suka dengan rumah Tia karena banyak sekali tempat yang lucu. Kita belajar matematika dan biologi selama dua jam. Setelah selesai, kita bermain dengan semua mainan yang Tia punya. Tia juga sambil bercerita bahwa orang tuanya selalu sibuk, makannya Tia dibelikan banyak sekali mainan supaya Tia tidak terlalu merasa kesepian dan bosan.

Sekarang aku mengerti kenapa Tia bisa punya semua mainan ini, aku banyak sekali bercerita dan menghabiskan banyak waktu menyenangkan bersama Tia hari ini. Aku diminta untuk sering-sering main ke rumah Tia. Sekarang aku dan Tia semakin dekat. Sayangnya sekarang sudah sore, ibuku juga sudah sampai di depan pagar rumah Tia. Ini waktunya untuk aku pulang ke rumah, aku dan ibu berterimakasih kepada Tia. Sebelum pulang Tia memelukku dengan erat. Aku masuk ke mobil dan membuka jendela mobil untuk melambaikan tanganku ke Tia, Tia pun membalasnya dengan senyum yang lebar sama seperti saat aku datang tadi. Aku sangat senang hari ini bermain bersama Tia.

PERJALANAN PALING BERKESAN DALAM HIDUPKU

Maharsa Mudzafar Kamil - 74   Papahku kerja diluar pulau Jawa. Biasanya baru kembali kerumah setiap dua bulan. Hampir dua bulan sekali k...